Jumat, 07 Februari 2014

[Fanfiction] The Inheritance and Her Guardian Angel

Ayra Present….
== The Inheritance and Her Guardian Angel ==
·         Kim Jae Joong “DBSK”
·         Jea Jung a.k.a Jjea Mayang
·         Lee Jong Hyun “CNBlue”
·         Kim Myung Soo “Infinite”


 ~ Story Begin ~
I
Choice
            56th Street of Cheongpyeong, Pyeongchang-dong, South Korea.
            2014th, February.
            “Jadi, apa saja yang kau pelajari selama di Amerika, gadis nakal? Jangan katakan kau hanya bermain-main saja di sana! Cobalah bicara dengan bahasa Inggris pada Appa,” titah Jung Jae Ho pada putrinya, Jea Jung.
            “Appa!!! Bahasa Inggris seharusnya dipelajari di Inggris, kalau di Amerika berarti bahasa Amerika,” protes Jea mencari alasan untuk berkilah.
            “Mwo? Ah…, benar juga! Chankamman, bukankah mereka menggunakan bahasa yang sama?”
            “Tck, animida, Appa! Amerika ya Amerika, Inggris ya Inggris!”
            “Anak nakal, apa kau berusaha mengelabui Appa? Geurae, kalau begitu, karena kau di sana selama tiga tahun, bicaralah dengan bahasa Amerika yang kau ketahui! Ppali!”
            Jung Jae Ho tersenyum penuh kemenangan karena tak termakan muslihat putri kesayangannya. Sang putri, yang memiliki nama asli Jung Ji Hye, menggaruk tengkuknya. Dia mencari cara lain untuk mengelak. Dia pasti akan dikirim kembali ke Amerika jika ketahuan tetap tak menguasai bahasa Internasional sesuai harapan ayahnya.
            “Good…. Good…. Good…, apakah itu cukup, Appa?” sahut Jea takut-takut.
            Jung Jae Ho mendelik tak percaya. “Mwo? Tiga tahun menetap di Amerika, kau hanya bisa mengucapkan ‘Good’? Omo…. Omo….”
            Pria paruh baya itu memegangi tengkuknya, simbol tekanan darahnya naik akibat kelakuan pewaris tunggal keluarga Jung tersebut.
            “Yak! Appa, nantinya, aku juga akan menikah dengan seorang pria yang mengurus perusahaan. Aku tidak perlu menguasai banyak bahasa, suamiku yang harus melakukannya.”
            Hampir-hampir Jung Jae Ho dibuat pingsan oleh ucapan putrinya.
            “Jea-ya, sekalipun suamimu yang akan mengurus perusahaan, setidaknya, kau harus terlibat juga. Kau tidak boleh hanya duduk diam dan mempercayakan perusahaan sepenuhnya sekalipun pada suamimu. Apa kau tahu berbahayanya itu bagi dirimu sendiri dan kelangsungan keluarga kita? Terlebih jika itu adalah pernikahan politik berlandaskan kekayaan antar chaebol. Atau suamimu hanya memiliki kemampuan bisnis mumpuni tanpa dukungan kekayaan keluarga sebelumnya. Bukan mustahil kau akan didepak sedangkan dia merebut semua kekayaan keluarga kita!”
            Jea terdiam. Ia tak mampu membantah kemungkinan terburuk yang dijabarkan ayahnya. Sering, Jea menyesali kelahirannya. Dalam benaknya, terbesit harapan ia dapat mengubah kelahirannya. Mungkin, anak lelaki akan lebih berguna dari dirinya. Pewaris pria dalam keluarga chaebol akan lebih stabil dibandingkan pewaris wanita seperti dirinya.
            “Kau harus menjadi seseorang yang tangguh sebelum Appa pergi untuk selamanya, Jea-ya. Akan banyak sekali orang yang berusaha menjatuhkanmu, sekalipun kau telah berbuat baik pada mereka. Kau tidak bisa mempercayai siapapun. Kau harus menjadi pribadi yang kuat dalam kesendirian. Kau harus sekuat itu, Jea-ya.”
            Jea mendengarkan nasehat sang ayah. Intonasi ayahnya sangat memelas kali ini. Jauh berbeda dari gaya bicara ayahnya yang sehari-hari cukup humoris. Jea tahu, ada sesuatu yang terjadi.
            “Appa, apakah terjadi sesuatu?” tanya Jea hati-hati.
            Jung Jae Ho merunduk dalam. Sekilas, Jea sempat melihat kegusaran yang terpancar jelas dari sorot mata ayahnya.
            “Grup Daeguk ingin membicarakan perjodohan. Putra sah mereka seusia denganmu. Kau…, adalah ‘asuransi’ terbaik untuknya.”
            Jea mencerna cerita sang ayah. “Chankamman, putra sah? Asuransi? Mungkinkah….”
            “Ne,” angguk Jung Jae Ho, “Komisaris Grup Daeguk, memiliki seorang putra tidak sah dari simpanannya. Meski demikian, sang simpanan memiliki bukti-bukti yang cukup kuat jika putra yang ia lahirkan adalah anak biologis Komisaris. Jika dia mengajukan tuntutan, dibantu dengan pemegang saham yang berusaha membelot dari Komisaris Daeguk, maka anak tidak sah itu bisa saja menjadi pewaris, menyingkirkan pewaris yang sah. Begitulah bisnis, Jea-ya. Kejam.”
            Jea tertegun. Ia tak menyangka dunia bisnis sangat kejam. Menyingkirkan dan disingkirkan, sah dan tidak sah, dunia bisa dijungkir balikkan semudah membalikkan telapak tangan. Nurani tak ada di dalamnya, itu yang telah lama Jea tahu.
            “Keundae, apakah Appa menyetujui permintaan perjodohan itu?”
            Jung Jae Ho menggeleng, “Belum. Terlalu berbahaya melibatkanmu dalam konflik keluarga serumit itu. Grup kita memiliki seperempat dari total saham Grup Daeguk, cukup besar pengaruhnya dalam rapat pemegang saham. Total saham Komisaris, istri dan putranya yang sah adalah dua perempat total saham, jika ditambahkan dengan saham keluarga kita, maka akan mencapai tiga perempat saham atau resmi menjadi pemegang saham terbesar. Posisi si pewaris akan aman jika dia benar-benar menikah denganmu.”
            “Geurom, apa yang akan Appa lakukan?”
            “Molla, Jea-ya. Jika Appa menolak, bukan tak mungkin Grup Daeguk akan membuat kekacauan pada nilai saham perusahaan kita. Mereka memiliki saham sama besar dengan saham perusahaan kita dalam perusahaan mereka. Jika masing-masing menarik investasi secara bersamaan, kedua Grup akan tergoncang. Saat itulah, akan mudah bagi pebisnis licik menggerogoti perusahaan. Badai semacam itu bisa dilalui, tapi juga tidak berarti mudah.”
            Baik Jea dan sang ayah menghela napas. Sejujurnya, Jea merasa belum siap terlibat jauh dalam intrik bisnis yang telah ayahnya geluti sekian lama. Ia masih berusia 19 tahun, baru akan masuk ke universitas, belum memiliki mental setangguh ayahnya untuk menghadapi manusia-manusia serakah dalam dunia bisnis.
            “Sudahlah, kau tak perlu merisaukannya. Kau istirahat saja, besok kau harus masuk kuliah. Arra?” putus Jung Jae Ho, tak ingin putri kesayangannya dibuat cemas memikirkan perjodohan.
            Jea mengangguk pasrah. Dia beranjak dari sofa yang ia duduki. “Appa, meskipun aku tidak menginginkan perjodohan, tapi jika itu yang terbaik untuk perusahaan dan masa depanku sendiri, putuskanlah. Aku terlahir sebagai pewaris, maka aku harus menerima segala konsekuensi dari kelahiranku sendiri. Jaljayo, Appa.”
            Jung Jae Ho tertegun menyaksikan ketegaran putrinya. Pewaris generasi kelima Grup Hwa Dam itu tahu, meski Jea adalah gadis badung yang kerap melakukan segala hal sesuka hati, namun putrinya juga tegar dalam menjalani takdirnya. Jung Jae Ho menyadari itu saat putrinya menangis tanpa suara saat istrinya sekaligus ibu kandung Jea meninggal. Jea merelakan ibunya, berusaha tampak kuat meski hatinya tersayat.
            “Appa akan melindungimu semampu Appa, Jea-ya.” Jung Jae Ho bergumam lirih sambil memandangi punggung Jea yang berjalan menjauh memasuki kamar tidurnya di lantai dua kediaman mewah mereka.
            “Kau lihat, kan? Kau harus melindungi gadis bernama Jea Jung atau Jung Ji Hye itu,” ujar suara lain yang tak kasat mata di salah satu sudut ruang keluarga tempat Jea dan sang ayah sejak tadi mengobrol.
            Manusia biasa tak akan mampu melihat wujud dua makhluk bersayap putih yang sejak tadi mendengarkan percakapan Jung Jae Ho dengan Jea. Mendengar pun tak akan mampu. Hanya orang-orang dengan kelebihan indera keenam yang mampu melakukannya. Atau…, manusia-manusia yang berada di ambang kematian.
            “Hyung-nim, kenapa aku harus melindungi gadis itu? Apa istimewanya dia? Sepertinya, dia hanya pewaris klan Jung saja, tidak ada yang istimewa,” komentar Kim Jae Joong pada malaikat senior di hadapannya yang memberi dia tugas menjaga Jea.
            Kim Myung Soo –si malaikat senior- memukul pelan tengkuk Jae Joong. “Sudah berapa kali kukatakan, huh? Panggil aku Sunbae-nim, bukan Hyung-nim! Di kehidupan lampau, semasa kehidupan manusia kita, memang kita adalah kakak beradik. Tapi, setelah kita bereinkarnasi dan mendapat kemurahan hati Oghwang Hwangje untuk menjadi malaikat berkat kebajikan-kebajikan kita semasa hidup, ikatan darah itu selesai, Babo! Sekarang, aku adalah seniormu di dunia malaikat. Kehidupan lampau atau hal-hal bersifat duniawi dilarang di dunia malaikat. Arrasseo?”
            Jae Joong menghela napas. Dia benci kenyataan tak bisa menyebut kakaknya sendiri sebagai “kakak” akibat peraturan yang ada. Namun, dia pun tak bisa berbuat apa-apa. Jika dia membelot, sayapnya akan berubah hitam dan ia tak akan menjadi malaikat pelindung, melainkan malaikat bersayap hitam –malaikat kematian. Malaikat kematian akan merasakan kepedihan hati tak berujung, membawa roh orang mati dari dunia fana, membagi penempatan roh ke surga atau neraka. Mereka terus merasakan duka mendalam, perih yang tak tertahan, sampai akhirnya musnah begitu saja tanpa memiliki kesempatan bereinkarnasi.
            “Algaesseumnida, Sunbae-nim. Aku akan menjaga gadis itu, dengan caraku.”
            “Mwo? Apa maksudmu ‘dengan caramu’?”
            Jae Joong menyunggingkan senyum setengah bulannya. “Caraku. Sunbae-nim hanya perlu percaya padaku,” tegas Jae Joong.
            Myung Soo mendesah, “Jangan melakukan kesalahan, Jae Joong-ah. Aku tak tahu mengapa Kaisar Langit menugaskanmu, juga alasan gadis itu harus dilindungi. Berhati-hatilah. Mungkin ini adalah awal dari ujian terberatmu, Jae Joong-ah.”
            Jae Joong mengangguk. “Geojokhajima, Sunbae-nim. Tapi, sebenarnya, aku berharap, setidaknya aku tahu alasan gadis itu sampai perlu dilindungi.”
            “Alasannya akan terkuak seiring waktu, Jae Joong-ah. Terlalu dini untuk mengungkapkannya. Aishhh…, bersabarlah sedikit. Baik menjadi manusia atau malaikat, kau masih saja tidak sabaran!”
            Jae Joong terperanjat mendengar omelan Kaisar Langit yang tiba-tiba menginterupsi percakapannya dengan Myung Soo. Bahkan Kaisar Langit tidak ada di tempat ini, tapi dia masih saja bisa mengetahui yang terjadi.
            “Jeosonghamnida, Oghwang Hwangje. Saya akan melakukan tugas ini dengan baik dan benar,” janji Jae Joong sambil menerawang ke langit-langit rumah seolah Kaisar Langit berada di sana.
            “Yakkk~ gateun babo! Kau pikir aku ada di langit-langit rumah itu? Nanti, kalau kau kemari, aku akan membuat perhitungan denganmu! Myung Soo-ya, ppali! Kembalilah kemari, Babo!” Kaisar langit berganti mendesak Myung Soo, malaikat tingkat tinggi yang paling ia andalkan.
            “Ne, Oghwang Hwangje. Saya akan kembali sekarang,” sanggup Myung Soo lalu beralih menatap lekat pada Jae Joong. “Ingat pesanku baik-baik, arra? Pegang teguh aturan, itu satu-satunya cara kau selamat. Kkalkaeyo.”
            Usai berkata demikian, Myung Soo menghilang begitu saja dari hadapan Jae Joong, membuat malaikat dengan kulit sehalus sutra itu mendesah. “Selalu saja begitu. Yakk!!! Dasar orang tua! Selalu saja pergi dan datang sesuka hati! Malaikat tua!!!” Jae Joong memberondong seniornya dengan makian yang tak mungkin diucapkan malaikat-malaikat lain.
            Bugghhh….
            Sesuatu tiba-tiba menimpa kepala Jae Joong, rupanya sebuah kitab usang tebal yang kertasnya sudah kekuningan.
            “Jae Joong-ah, daripada kau sibuk mengumpatku, lebih baik kau pelajari saja kitab itu! Tck, aku bahkan jauh lebih imut darimu, Babo!” Suara Myung Soo menggema di telinga Jae Joong.
            “Jinca! Si tua dan Oghwang Hwangje sama-sama memiliki pendengaran ekstra! Aishhh…,” gerutu Jae Joong. Namun, tak urung ia memungut buku yang dilemparkan Myung Soo dari langit tadi. “Omoooo…, omooo…, apa dia menyuruhku mempelajar kitab ini? Memusnahkan Lucifer!? Apa dia sudah gila? Bukankah yang bisa memusnahkan iblis terkutuk itu tugas malaikat tingkat tinggi sepertinya atau Oghwang Hwangje? Aku tahu mantan Hyung-ku gila, tapi aku tidak menyangka dia separah ini,” cerocos Jae Joong.
            Meski berkata demikian, kening Jae Joong tetap berkerut. Dia menghubungkan alasan di balik penugasan dirinya menjadi malaikat pelindung Jea dengan buku yang diberikan oleh Myung Soo. Terlintas sebuah alasan terlogis di balik kedua hal tersebut dalam benak Jae Joong. Sudut bibir kirinya tertarik ke atas, membentuk seringaian.
            “Jika aku berhasil menyelesaikan tugas ini dengan baik, aku akan meminta imbalan yang besar. Anda mendengarnya, Oghwang Hwangje?” ucap Jae Joong penuh percaya diri.
            The Jade Emperor’s Palace.
            Oghwang Hwangje, saya sudah tiba,” salam Myung Soo sesampainya di hadapan Kaisar Langit.
            “Oh? Duduklah!” Kaisar Langit menyahut tanpa menatap Myung Soo, dia terus asyik memainkan baduknya seorang diri.
            Myung Soo duduk di seberang Kaisar Langit. “Jeosonghamnida, Oghwang Hwangje. Tentang Jae Joong….”
            “Waeyo? Apa kau meragukan kemampuan Jae Joong? Bukankah artinya kau juga meragukan ksatria pilihanku?” sela Kaisar Langit tanggap akan maksud ucapan Myung Soo.
            “Animida, Oghwang Hwangje. Hanya saja…, saya masih tidak mengerti, kenapa Jae Joong? Dia hanya malaikat biasa yang kadang membuat kekacauan akibat kecerobohannya.”
            Kaisar Langit yang mengenakan jubah putih bersinar itu tersenyum. “Bukankah dia selalu menyelesaikan kekacauan yang ia timbulkan dan mengambil tanggung jawab atas semuanya?”
            “Ne, Oghwang Hwangje. Tapi…, tetap saja….”
            “Semakin sering dia membuat kekacauan lalu menyelesaikannya atas usaha diri sendiri, semakin Jae Joong tahu sikap yang harus ia ambil dalam keadaan terburuk. Itulah alasan aku memilihnya. Pengalamanmu lebih banyak darinya, tingkatanmu pun lebih tinggi, tapi dia lebih cermat dari malaikat-malaikat lain. Dia bahkan sudah menemukan alasan di balik penugasannya melindungi gadis itu. Tidakkah ia sangat cerdas?”
            “Mworago? Dia…, dia sudah menemukan alasannya?”
            “Ne. Maka itulah, jangan meragukan atau mencemaskannya lagi. Awasilah dia dari jauh, tegurlah jika memang dia melakukan kesalahan. Cukup begitu. Biarkan dia melakukan sisanya.”
            “Algaesseumnida, Oghwang Hwangje.”
***
            Hwa Dam University, 76-89th Street of Hannam-dong, South Korea.
            Berulang kali, Jea mengusap bulu kuduknya yang meremang. Matahari sudah beranjak, perlahan hampir mencapai puncak tahtanya agar dapat bersinar terang tanpa tanding di atas langit. Jam tangan mewah yang ada di pergelangan tangan Jea menunjukkan pukul sembilan pagi. Seharusnya, sebagai mahasiswi baru, ia mengikuti masa orientasi. Namun, karena dia adalah putri pemilik universitas, ia memiliki hak istimewa untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut.
            “Jinca! Apa universitas ini berhantu? Kenapa sejak tadi bulu kudukku terus berdiri?” omel Jea sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling koridor kampus yang ia lewati.
            Jae Joong terkekeh di belakang Jea. Ia tahu, gadis itu merinding akibat kehadirannya. Tidak, sebenarnya, Jae Joong sengaja menggoda Jea. Sesekali, Jae Joong meniup tepat di tengkuk Jea, sampai bulu kuduk gadis itu meremang. Inilah sisi jahil Jae Joong yang tak mungkin tak akan pernah hilang. Meski dia adalah malaikat pelindung Jea, ia merasa bosan jika tidak melakukan aktifitas lain yang menyenangkan. Baginya, melihat Jea merinding cukup menghibur.
            Hari ini, Jae Joong lebih pantas disebut Tuan Muda pewaris salah satu klan chaebol dengan dandanannya yang sangat menawan. Ia menyembunyikan sayapnya, hingga tampak layaknya manusia biasa. Parasnya yang tampan melebihi rata-rata manusia biasa tampak bersinar, tak berubah dari saat ia berwujud malaikat dengan sayap putihnya. Setelan tuxedo berwarna hitam melekat pas pada tubuhnya. Rambutnya yang kemerahan tertata rapi. Sebuah jam tangan dan sepatu pantofel menyempurnakan penampilannya. Ia belum berencana menampakkan diri pada manusia, namun jika dia melakukannya, banyak wanita pasti bertekuk lutut tak berdaya.
            “Ishhh…, awas saja! Kalau hantu itu berani muncul di depanku, aku akan mencekiknya sampai mati!” Jea masih mengomel sebagai pengalihan rasa takut yang mulai menyelusup dalam dirinya.
            Tawa Jae Joong pecah mendengar ancaman tak masuk akal Jea. “Babo yeoja! Bukankah hantu sudah mati? Untuk apa dia mencekik hantu sampai mati? Memangnya mereka bisa mati dua kali? Aigoo…,” ejek Jae Joong di sela tawanya.
            “Aniyo…. Aniyo…. Bukankah hantu sudah mati? Babo gateun! Lihat saja, aku akan memanggil Shaman terbaik di Korea Selatan lalu mengutuknya agar tak bisa bereinkarnasi! Kalau perlu, aku akan mendatangkan Shaman dari Korea Utara yang lebih menyeramkan. Tahu rasa kau, Hantu!”
            Seketika, Jae Joong merengut sebal mendengar rencana Jea yang hendak mengutuknya agar tak lagi bisa bereinkarnasi. “Micchin yeoja! Sebelum kau mengutukku, aku akan membuat Shaman panggilanmu itu terkena serangan jantung lalu menjadi arwah gentayangan! Kalau perlu, kau juga akan kujadikan seperti itu!”
            Plukkk….
            Sebuah pukulan ringan mendarat di kepala Jae Joong. Ia menoleh dan mendapati Myung Soo tengah memakai sepatu sebelah kanannya kembali, sepatu yang baru saja dipakai memukul kepala Jae Joong. Penampilan Jae Joong rupanya sama dengan penampilan Myung Soo hari ini. Mereka benar-benar terlihat bagaikan kakak adik yang kompak.
            “Yakk!!! Sunbae-nim, kenapa kau memukul kepalaku lagi, huh? Neo micchiseoyo?” protes Jae Joong.
            “Berhenti mengumpat, mengutuk atau berbuat jahil sesuka hatimu, Jae Joong-ah! Belajarlah lebih mengendalikan diri. Kalau tidak, aku akan mengirimmu ke dunia bawah agar kau menjalani pelatihan malaikat sekali lagi. Apa kau mau pergi ke sana lagi?” gertak Myung Soo.
            Jae Joong tertunduk. “Shireo,” tolaknya lirih.
            “Geuraesseo, kau harus bersikap lebih hati-hati, Jae Joong-ah. Geurae, istirahatlah! Aku yang akan menggantikan tugasmu sampai mata kuliah terakhir Jea hari ini.”
            “Mwo? Kenapa tiba-tiba?”
            Myung Soo menyunggingkan senyuman. “Apa kau tidak lihat, aku berdandan sangat keren hari ini? Mulai hari ini, aku akan menjadi salah satu dosen di sini. Selama Jea di lingkungan universitas, aku yang akan menjaganya. Kau bisa istirahat.”
            Kening Jae Joong berkerut. “Terserah kau saja, Sunbae-nim.
            Tanpa protes –sekalipun dalam benaknya dipenuhi beberapa tanya- Jae Joong berlalu. Seakan tak ingin penampilannya sia-sia, ia memutuskan untuk menampakkan diri. Beberapa perempuan yang lalu lalang ternganga saat Jae Joong melewati mereka. Pesona Jae Joong membuat mereka terhanyut. Mata gadis-gadis itu tak bisa berkedip, atau lebih tepatnya, sayang jika harus tertutup meski hanya beberapa detik. Myung Soo mendesah melihat kelakuan Jae Joong yang menebar pesona pada manusia tersebut. Dia ingin menegur Jae Joong, namun ada hal lain yang harus ia lakukan. Ya, ia harus segera menyusul Jea.
            Wushhh….
            Terpaan angin yang cukup kencang berasal dari salah satu bangku taman tak jauh dari posisi Myung Soo berdiri. Myung Soo urung mengejar Jea. Ia merasakan hawa negatif yang terbawa hembusan angin itu. Myung Soo menoleh ke arah angin berasal. Tangannya mengepal kuat ketika melihat sosok yang cukup ia benci, Lucifer.
            Lee Jong Hyun, sang Lucifer, juga menatap Myung Soo dengan mimik menantang. Ia menyunggingkan seringaian pada Myung Soo dari posisinya yang masih duduk di salah satu bangku taman universitas. Dia melambaikan tangan dengan ekspresi meremehkan pada Myung Soo.
            “Lama tak jumpa, Myung Soo.” Jong Hyun menyapa Myung Soo menggunakan kemampuan telepatinya.
            “Ya, sangat lama. Setelah kekalahanmu saat itu, kau menghilang. Pengecut,” balas Myung Soo memprovokasi.
            “Oh? Apakah aku mengecewakanmu? Apakah dewa tua yang kau junjung itu marah karena kegagalanmu memusnahkanku? Cih…, dia bahkan mengirim malaikat biasa untuk menanganiku sekarang. Apakah akal sehatnya sudah hilang?” cecar Jong Hyun lebih memprovokasi.
            “Jangan menghina Oghwang Hwangje, Iblis terkutuk! Kau melarikan diri, bahkan harus bersembunyi, kan? Kau pecundang! Jangan meremehkan Jae Joong, Lee Jong Hyun! Kau mungkin tak akan bisa menghadapinya. Kau, akan musnah di tangannya!”
            “Jinca? Apakah kau dan dewa tua itu yakin? Tck…, malaikat tingkat tinggi sepertimu saja tidak bisa memusnahkanku, apalagi hanya malaikat ingusan seperti dia? Seharusnya, Tuanmu sendiri yang turun ke Bumi dan memburuku. Cih…, orang tua itu hanya duduk diam bermain baduk di istananya. Membiarkan malaikat-malaikatnya mati satu persatu demi memusnahkanku.”
            “TUTUP MULUTMU, LEE JONG HYUN!!! Oghwang Hwangje tak perlu turun dari langit untuk memusnahkanmu dengan tangannya sendiri.”
            “Jinca? Geurae, aku akan menunggu. Satu hal yang pasti, malaikat yang dikirimnya kali ini yang akan hancur tak berbekas, Kyusung-nim.”
            Myung Soo sedikit terperanjat saat Jong Hyun menyebutnya “Profesor”. Artinya, Jong Hyun sudah tahu posisi Myung Soo di universitas, pun mungkin sudah tahu sosok yang harus dilindunginya bersama Jae Joong, Jea.
            “Tak perlu terkejut, Kyusung-nim. Jea Jung, pewaris Grup Hwa Dam, gadis itulah yang kalian coba lindungi, geuchi? Aigoo…, aku bahkan sudah lebih dulu mengetahuinya sebelum ia kembali ke Korea Selatan. Kalian tertinggal satu langkah di belakangku. Tck, bahkan melindungi gadis yang berharga seperti dia saja kalian tak mampu!”
            Emosi Myung Soo mulai tersulut. “Berhentilah menyombongkan diri, Iblis sombong! Kau, aku bersumpah akan melenyapkanmu, Lucifer!”
***
            ~ Flashback ~
            The Jade Emperor’s Palace, 1875th.
            Oghwang Hwangje, apakah anda memanggil saya?” tanya malaikat bermata elang nan rupawan pada Kaisar Langit.
            Mimik muka Kaisar Langit tak seperti biasanya. Ia bahkan mengenakan jubah hitam, hampir serupa dengan milik Dewa Kematian, hanya talisman yang terukir di pakaiannya berbeda dengan milik rekannya itu. Kaisar Langit yang ramah tampak muram, bahkan seolah membendung kekesalan dalam hatinya.
            “Lee Jong Hyun, apa kau tahu peraturan serta pantangan malaikat?” pancing Kaisar Langit pada Jong Hyun, malaikat kepercayaannya.
            Jong Hyun mengangguk. “Tentu saja, Oghwang Hwangje.”
            “Keundae, kenapa kau melanggarnya, huh?”
            “Jeosonghamnida, Oghwang Hwangje. Apa maksud anda?”
            “Kau bahkan tidak mengerti larangan yang telah kau langgar!?”
            Jong Hyun menggeleng. “Jeongmal jeosonghamnida, Oghwang Hwangje. Saya sungguh tidak mengerti ketetapan yang telah saya langgar.”
            Kaisar Langit menggeram. Seketika, Petir menyambar bersautan. Satu-satunya yang Jong Hyun ketahui dengan pasti, Kaisar Langit tengah berada di puncak amarah. Dewa Petir tergopoh-gopoh menghampiri tempat Kaisar Langit dan Jong Hyun berada. Disusul kemudian, seluruh dewa hadir di sana. Jong Hyun mendapat firasat buruk. Hingga saat ini, ia belum mengetahui dosa yang telah ia lakukan sebagai makhluk langit hingga memicu amarah sang Kaisar.
            “Oghwang Hwangje, mohon redakan amarah anda.” Dewa Kematian –rekan terdekat Kaisar Langit- membuka suara.
            “Yeom La, apa anda pernah merasakan dikhianati? Sekarang, tangan kananku, malaikat terbaik yang kumiliki, melanggar aturan yang telah kutetapkan di sini. Dia telah melakukan satu dari pelanggaran berat. Apa yang harus kulakukan padanya, Yeom La?” tanya Kaisar Langit pada Dewa Kematian.
            Sang Dewa Kematian tak berani menyahut. Dia dan seluruh pejabat Kerajaan Langit tahu benar kesalahan Jong Hyun.
            “Bahkan Yeom La, dewa yang dianggap berdarah dingin pun tak mampu memberikan saran padaku, Jong Hyun-ah.” Kaisar Langit mengeluh sambil menatap tajam Jong Hyun yang tertunduk. “Apakah kau belum mengetahui pelanggaran yang telah kau lakukan, Jong Hyun-ah?”
            Jong Hyun tertunduk kian dalam. “Jeosonghamnida, Oghwang Hwangje.”
            “Se Ryeong-ah, bawa bidadari itu kemari,” titah Kaisar Langit pada bidadari yang bertugas sebagai dayangnya, Hwang Se Ryeong.
            Se Ryeong mengangguk paham. Ketika Kaisar Langit mengeluarkan perintah dengan menyebut “bidadari itu”, Jong Hyun mulai mengerti kesalahan yang telah ia lakukan. Segera, ia bersujud di kaki Kaisar Langit.
            “Oghwang Hwangje, mohon hukum saja Hamba. Jangan menghukum Ji Hye. Ini adalah kesalahan saya. Ji Hye tidak bersalah,” mohon Jong Hyun.
            “Sekarang, kau bahkan memohon demi bidadari tak tahu aturan itu? Huh? Awalnya, aku hanya akan menjadikanmu Malaikat Kematian dengan kepedihan hati tak terkira, namun sepertinya, perasaanmu padanya terlalu mendalam. Aturan langit tak memperbolehkan malaikat ataupun bidadari saling bertukar rasa yang bersifat duniawi. Kerajaanku adalah wilayah suci dari hal-hal duniawi. Kalian berdua telah melanggar satu dari tiga dosa besar tak termaafkan di sini. PERGI KAU DARI HADAPANKU SEKARANG!!! Jangan pernah bermimpi akan kembali menjadi malaikat sepanjang sisa waktumu. Mulai sekarang, kau adalah musuhku. Kau adalah Lucifer, Iblis terlaknat!”
            Gemuruh petir kembali bersahutan. Air mata Jong Hyun menetes. Tiba-tiba, ia merasa dadanya luar biasa sesak. Palu seolah dihantamkan berulang di dadanya. Sayap putihnya mengembang. Di hadapan semua dewa, sayap itu berubah warna menjadi hitam kelam. Sedetik kemudian, Jong Hyun lenyap dari balairung istana Kaisar Langit tempatnya telah dikutuk di hadapan para dewa. Jong Hyun telah bertransformasi menjadi Lucifer, iblis terkuat yang pernah tercipta. Iblis dengan pesona yang lebih memikat dibandingkan malaikat, namun menyesatkan hingga neraka terdasar.
            ~ Flashback end ~
***

0 komentar:

Posting Komentar